Sepanjang kehidupan, kita punya cita-cita tertentu untuk dicapai: kekayaan, harta benda, dan kedudukan yang lebih baik, serta pasangan dan anak-anak. Inilah di antara cita-cita yang umum bagi hampir semua orang. Segala rencana dan upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Meskipun satu-satunya fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa segala sesuatunya cenderung menua dan musnah, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan terhadap benda-benda. Suatu hari sebuah mobil baru akan ketinggalan zaman; karena sebab-sebab alamiah, tanah pertanian yang subur menjadi gersang; seorang yang cantik kehilangan semua pesonanya ketika ia menua. Di atas segalanya, setiap manusia di muka bumi akan mati, meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya. Namun meskipun terdapat fakta-fakta yang tak terbantahkan ini, manusia menunjukkan kecintaan yang tak terhingga kepada harta benda.
Mereka yang menghabiskan hidupnya dalam kecintaan buta akan harta benda duniawi, akan menyadari bahwa mereka menghabiskan seluruh hidup mereka mengejar ilusi. Mereka akan menyadari keadaan yang menggelikan ini setelah mereka akan mati. Pada saat itulah akan tampak jelas bagi mereka tujuan akhir kehidupan.
Godaan kepada harta benda duniawi, tak diragukan lagi,
merupakan rahasia dari ujian. Tuhan menciptakan semua hal yang ia limpahkan
dengan sangat indah, namun juga singkat usianya. Hal ini hanyalah untuk membuat
manusia berpikir dan membandingkan hal-hal yang diberikan kepada mereka di
dunia ini dengan Hari Akhir. Inilah “rahasia” yang kita bicarakan. Kehidupan di
dunia memang indah; begitu penuh warna dan atraktif, mengungkapkan keagungan
penciptaan oleh Tuhan. Tak diragukan, manusia menginginkan hidup yang baik dan
menyenangkan dan, tentu saja, memohon kepada Tuhan untuk menjalani hidup
seperti itu. Namun ini tidak pernah dapat menjadi tujuan akhir
Kebanyakan manusia mengira mereka dapat memperoleh kehidupan yang sempurna begitu mereka bertekad untuk itu. Lebih jauh lagi, mereka mengira bahwa kualitas hidup yang tinggi bisa dicapai dengan memiliki lebih banyak uang, standar hidup yang lebih baik, keluarga yang bahagia, dan kedudukan yang terhormat di masyarakat. Namun, orang-orang yang mencurahkan seluruh waktu mereka untuk memperoleh hal-hal seperti itu jelas-jelas melakukan kesalahan. Pertama, mereka hanya berjuang untuk meraih ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini yang tidak pernah mereka capai seperti mengejar bayangan dan sama sekali melupakan tujuan hidupnya.
Sejarah telah menyaksikan banyak orang semacam ini. Para raja raja, kaisar, dan firaun menganggap mereka dapat
memperoleh keabadian dengan kekayaan mereka yang hebat; pemikiran bahwa ada
sesuatu yang lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan mungkin tidak
pernah terlintas pada mereka. Mentalitas yang cacat ini menyesatkan banyak
orang, yang sangat terkesan oleh kekayaan dan kekuasaan mereka. Namun, semua
orang yang tidak beriman ini menghadapi akhir yang mengerikan.
Seseorang yang berpikiran sehat dan berpemahaman jelas akan mengakui bahwa mereka yang memiliki rumah besar dengan kamar yang lebih banyak dari para penghuninya, mobil-mobil mewah, atau lemari pakaian yang besar hanya mampu menggunakan sebagian terbatas dari harta bendanya. Jika Anda memiliki rumah terbesar di dunia, apakah mungkin menikmati setiap kamar pada saat bersamaan? Begitu pula, jika Anda mempunyai sebuah lemari pakaian berisi berbagai busana yang mengikuti mode terakhir, berapa banyak yang dapat Anda kenakan dalam sehari? Pemilik rumah besar dengan lusinan kamar, sebagai suatu entitas yang dibatasi ruang dan waktu hanya dapat tinggal di sebuah ruangan pada suatu waktu. Jika Anda ditawari semua makanan lezat dari restoran terkenal, lambung Anda hanya akan menampung sedikit; jika Anda berusaha memaksakan lebih banyak, hasilnya lebih merupakan siksaan, bukannya kesenangan.
Daftar ini dapat diperpanjang lagi, namun fakta yang paling
mengejutkan adalah bahwa manusia ditakdirkan hidup
pada masa yang sangat terbatas untuk menikmati kemewahan dari harta bendanya.
Manusia dengan cepat menuju akhir hidupnya, namun dia jarang sekali mengakui
ini semasa hidupnya dan menganggap kekayaannya akan memberinya kebahagiaan
abadi
Hanya orang-orang spiritual yang benar-benar memahami bahwa harta
benda ini tidak akan menyelamatkan mereka di hari akhir. Menyombongkan diri bukanlah
ciri yang akan Anda temui dari orang-orang yang sederhana seperti ini. Karena
tidak pernah melupakan keberadaan Tuhan Yang
Mahakuasa, mereka mensyukuri apa-apa yang Dia berikan. Kekayaan tidak pernah
membuat orang-orang seperti itu terikat dengan kehidupan ini. Sebaliknya,
membuat mereka semakin bersyukur dan dekat kepada Tuhan. Mereka menyikapi
setiap orang dan setiap masalah dengan adil, dan mencoba, dengan apa yang telah
Tuhan berikan.
Harta benda duniawi di dunia ini membuat manusia melupakan
bahwa mereka hanya akan mampu menggunakan harta miliknya selama 60-70 tahun,
jika mereka ditakdirkan hidup selama itu, dan selanjutnya meninggalkan rumah,
mobil-mobil, dan anak-anak mereka. Mereka tidak memikirkan bahwa mereka akan
dikuburkan seorang diri. Sepanjang hidup mereka mendambakan kekayaan yang tak
akan pernah dapat mereka nikmati.
Tidak ada yang salah dengan harta duniawi, semua itu adalah
sarana dalam kehidupan ini namun kebanyakan manusia terperangkap dengan
menganggap bahwa kekayaan duniawi itu adalah tujuan hidupnya. Mereka menganggap
bahwa dengan memiliki kekayaan yang diinginkan maka tujuan hidupnya akan
terpenuhi. Tetapi dalam proses perjalanan hidupnya mereka tidak menemukan tepi
tujuannya karena keinginan duniawi manusia tidak bertepi atau tidak ada
batasnya sehingga selama hidup sampai menjelang hayat mereka tidak akan
mendapatkannya.
Bersyukurlah pada orang orang spiritual karena mereka
mengerti bahwa tujuan hidup bukanlah pengejaran harta duniawi. Mereka akan
selalu sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki saat ini adalah titipan sementara selama hidup didunia
ini, hanyalah sarana sementara di dunia ini. Mereka akan selalu sadar semua
yang mereka terima adalah karena kemurahan kasih Tuhan selama persinggahan didunia ini.