Jika berbicara mengenai kematian masih banyak orang
mengangap tabu, hal itu seolah-olah sangat jauh dari mereka, banyak orang menganggap
kematian tidak ada hubungan dengan dirinya, bahwa kematian adalah masa tua
nanti, seolah-olah mereka bisa mengendalikan, menentukan dan mengetahui kematiannya
itu sendiri.
Hidup makin menjauh detik demi detik. Sadarkah Anda bahwa
setiap hari membawa anda semakin dekat kepada kematian, atau bahwa kematian itu
sama dekatnya kepada anda sebagaimana pada orang lain?
Setiap orang yang pernah muncul di dunia ini ditakdirkan
untuk mati. Tanpa kecuali mereka semua, setiap orang, mati. Hari ini, kita
hampir tak pernah mendapati jejak dari banyak orang yang telah meninggal dunia.
Mereka yang hidup saat ini dan mereka yang akan hidup kelak juga akan
menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun begitu, manusia
cenderung menganggap kematian sebagai peristiwa yang tidak mungkin terjadi.
Bayangkanlah seorang bayi yang baru saja membuka matanya
terhadap dunia dan seseorang yang akan mengembuskan nafas terakhir. Keduanya
tidak dapat mengubah apa pun dari kelahiran dan kematian mereka sendiri. Hanya Tuhan
yang memiliki kekuasaan untuk meniupkan nafas kehidupan atau mengambilnya.
Kebanyakan manusia menghindari
berpikir tentang kematian. Dalam pesatnya arus peristiwa
sehari-hari, seseorang biasanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang sama
sekali berbeda: di mana hendak kuliah, di perusahaan mana akan bekerja, apa
warna pakaian yang akan dikenakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan
malam; inilah macam isu utama yang biasa kita pikirkan. Hidup dipandang sebagai
proses rutin dari masalah-masalah kecil sedemikian. Usaha untuk berbicara
tentang kematian selalu diinterupsi oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengar
tentangnya. Karena menganggap kematian hanya akan datang setelah tua, orang
tidak ingin merisaukan hal yang tidak menyenangkan seperti itu. Namun, harus tetap diingat bahwa tidak ada
jaminan bahwa seseorang akan hidup sekadar satu jam lagi. Setiap hari, manusia
menyaksikan kematian orang-orang di sekitarnya, tetapi hanya sedikit berpikir
tentang hari ketika kematiannya disaksikan orang-orang lain. Dia tidak pernah
mengira akhir seperti itu sedang menunggunya!
Bagaimanapun juga, ketika kematian mendatangi manusia, semua
“kenyataan” hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada sisa dari “masa lalu yang
menyenangkan” yang bertahan di dunia ini. Pikirkanlah segala sesuatu yang dapat
Anda lakukan sekarang juga: Anda dapat mengedipkan mata, menggerakkan tubuh,
berbicara, tertawa; semua ini adalah fungsi tubuh Anda. Sekarang pikirkanlah
tentang keadaan dan bentuk tubuh Anda setelah kematian.
Selama beberapa bulan dan tahun pertama, kuburan Anda akan sering dikunjungi. Seiring berjalannya waktu, makin sedikit orang yang datang. Sepuluh tahun kemudian, tak ada lagi yang datang
Sementara itu, anggota keluarga dekat anda akan melalui segi lain dari kematian Anda. Di rumah, kamar dan tempat tidur Anda akan kosong. Setelah pemakaman, hanya sedikit barang-barang kepunyaan Anda yang akan disimpan di rumah: kebanyakan pakaian, sepatu, dan lain-lain milik Anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas Anda di kantor administrasi umum akan dihapus atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, sebagian orang akan berkabung untuk Anda. Namun, waktu akan mengikis kenangan yang Anda tinggalkan. Empat atau lima puluh tahun kemudian, hanya tinggal sedikit orang yang ingat akan Anda. Tak lama, generasi baru akan datang dan tidak seorang pun dari generasi Anda yang tersisa di muka bumi. Apakah Anda diingat atau tidak, tidak akan berharga bagi Anda.
Akhir yang dahsyat yang menunggu manusia seharusnya membuatnya mengakui bahwa dia bukanlah sesosok tubuh, tetapi sebentuk jiwa yang “berdiam” di dalam tubuh. Dengan kata lain, manusia harus mengakui bahwa dia memiliki keberadaan di luar tubuhnya. Lebih jauh lagi, manusia harus memahami kematian jasadnya yang ia coba miliki seolah ia akan abadi di dunia fana ini. Namun jasad ini, yang ia anggap teramat penting, akan membusuk dan dimakan cacing suatu hari dan akhirnya tinggal kerangka. Hari itu mungkin saja sangat dekat.
Walau ada fakta-fakta ini, proses mental manusia cenderung untuk mengesampingkan apa yang tidak ia sukai atau ingini. Bahkan ia cenderung untuk menolak keberadaan hal-hal yang tak ingin hadapi. Kecenderungan ini paling jelas tatkala menyangkut kematian. Hanya penguburan atau kematian mendadak dari keluarga dekatlah yang membawa kenyataan ini ke pikiran. Hampir setiap orang menganggap maut jauh dari dirinya. Dianggapnya mereka yang meninggal dalam tidurnya atau karena kecelakaan adalah orang lain dan apa yang mereka hadapi tidak akan pernah menimpa dirinya! Setiap orang mengira dirinya terlalu muda untuk mati dan masih hidup bertahun-tahun lagi.
Namun mungkin sekali, orang-orang yang meninggal dalam perjalanan
ke sekolah atau tergesa-gesa menghadiri rapat bisnis berpikir begitu. Mereka
barangkali tidak pernah berpikir bahwa koran hari berikutnya akan memberitakan
kematian mereka. Sangatlah mungkin bahwa, saat Anda membaca baris-baris ini,
Anda masih tidak menyangka akan meninggal segera setelah Anda menyelesaikannya
atau sekadar memikirkan kemungkinan bahwa hal itu terjadi. Barangkali Anda
merasa bahwa masih terlalu muda untuk meninggal karena masih banyak hal yang
harus diwujudkan. Namun, ini hanyalah suatu pengelakan dari kematian dan
merupakan upaya gagal untuk melarikan diri darinya.
“Our birth and death are just one thing. You can’t have one without the other. It’s a little funny to see how at a death people are so tearful and sad, and at a birth how happy and delighted. It’s delusion. I think if you really want to cry, then it would be better to do so when someone’s born. Cry at the root, for if there were no birth, there would be no death. Can you understand this?.“
Kelahiran dan kematian kita adalah satu hal. Anda tidak bisa mendapatkan yang satu tanpa yang lainnya. Terlihat agak lucu; bagaimana pada saat ada kematian, orang-orang menangis dan sedih; sedangkan pada saat ada kelahiran, orang-orang gembira dan senang. Itu hanyalah khayalan. Saya rasa jika Anda benar-benar ingin menangis, lebih baik melakukannya pada saat seseorang dilahirkan. Menangislah pada awalnya, karena bila tidak ada kelahiran, maka tidak akan ada kematian. Apakah Anda bisa mengerti hal ini?